Wednesday, June 17, 2015

Family comes first!



So on this post i would like to use Bahasa Indonesia, since i'm Indonesian and i love my country, eh. 

Saya lahir di tengah-tengah keluarga yang "miskin". Tidak hanya miskin harta, tetapi juga miskin rasa kemanusiaan. Kenapa begitu? 
Well, saya dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang beradap, kaya akan materi dan kasih sayang. Mereka kedua orang tua saya yang mencintai saya apa adanya. Tidak memandang saya sebelah mata dan benar-benar memberikan saya perhatian layaknya seorang anak yang lahir dari rahim ibunya sendiri. Yap! Right, saya ini salah satu dari korban penjualan anak oleh oknum-oknum bangsat yang cuma mau berbuat tanpa mau mempertanggung jawabkan apa yang sudah mereka perbuat. Di umur saya yang baru 1 hari, saya langsung dibawa oleh seorang calo untuk bertemu kedua orang tua saya yang saat ini fotonya terpampang di post ini. Saya diberi harga sebesar Rp1.500.000 saat itu. Wow? Bahkan gadget saya yang saat ini saya pakai saja lebih mahal berkali-kali lipat dengan harga bayi saya saat itu. 
Saya pun hidup dan besar dengan semua dilema kedua orang tua saya selama 12tahun, dilema karena mereka tidak tahu apakah sanggup memberitahukan kenyataan ini kepada saya, sampai akhirnya, hari itu datang, saya harus mengetahui semua kenyataan ini dari orang yang malah sifatnya menjelek-jelekan saya. Menjelek-jelekan nasib kedua orang tua saya. Kaget? Wah bukan kaget lagi. Saya tidak menyangka hal ini terjadi dalam hidup saya. Saya pikir, kisah anak yang dibuang dan dijual oleh orang tuanya hanya ada di dalam televisi ecek-ecek saja, nyatanya? Saya sendiri berdiri dalam kisah nyata televisi ecek-ecek itu. Tragis? Mungkin.
Untuk beberapa tahun, rasanya hidup saya kacau. Sangat kacau. Saat itu kondisi saya masih sangat remaja, pikiran saya baru saja berkembang, tetapi malah dihadapkan dengan kenyataan yang pahit. Segala pikiran buruk muncul di dalam hidup saya, bahkan, uji coba kekebalan diri pun beberapa kali saya lakukan. Yeps, suicide. Bunuh diri. Saya sudah 3x mencobanya, mau tipsnya? Pertama saya mencoba meneguk obat sampai 10butir, sebut saja obat paradox, obat sakit kepala yang warna-warni itu. Hasil yang saya dapatkan? Ya, cuma muntah-muntah sama pingsan saja. Setelah itu saya di opname dan di netralisir. Eh, bukannya dihadapkan oleh sang Maha Kuasa malh saya dihadpakan oleh seorang Psikiater, memang saya gila? Saya cuma stress aja kok. Kemudian yang kedua kalinya, saya mencoba menyebrang jalan tanpa memperhatikan kiri dan kanan jalan, berharap ada yang berbaik hati menabrak saya saat itu. Yap! Si abang becak yang hari itu sangat baik hati menabrak saya, alhasil saya hanya dapat luka-luka goresan kecil dan malah harus membayar Rp10.000 karena dia memaksa untuk mengantar saya ke puskesmas dekat rumah dan malah menyuruh saya untuk membayar ongkosnya. Gila, jadi saya diperas? Terakhir kalinya, saya mencoba untuk menghirup obat nyamuk yang saya semprot ke kamar saya saat itu. Alih-alih pingsan, malah saya merasa enak demgan aroma dari obat nyamuk itu, pas saya baca lagi keterangannya, ternyata, mengandung citrus. Sungguh berkesan uji kekebalan tubuh saya selama 3x berturut-turut itu. Sampai akhirnya saya sakit dan harus diopname beberapa minggu, dan disanalah saya merasa bahwa semua yang saya lakukan adalah kesalahan besar dan kesalah PALING BODOH yang saya tidak akan pernah perbuat lagi seumur hidup saya. Dan, saya yakin, kalau saya saat itu berhasil melakukan aksi saya, saya pasti adalah orang yang paling GOBLOK sedunia ini. 
GOBLOK karena saya telah menyianyiakan hidup yang sebenarnya adalah kesempatan kedua yang telah Tuhan berikan kepada saya, kenapa kesempatan kedua? Seandainya dulu saya sudah dibunuh dari lahir? Mungkin saat ini, menceritakan kembali hal ini saja saya tidak bisa. 
GOBLOK karena saya telah menyianyiakan kedua orang tua saya yang dengan tulus mencintai saya apa adanya, tanpa merasa jijik terhadap saya yang bahkan pada saat itu saya sendiri merasa jijik dengan diri saya sendiri karena saya tidak dapat menerima dengan baik kenyataan diri saya ini.
GOBLOK karena saya akan kehilangan orang-orang yang saat ini mencintai saya dan berterimakasih atas kehadiran saya di dunia ini, ya kalau ada.
Dan terakhir GOBLOK karena saya tidak dapat berkesempatan menceritakan kisah saya kepada orang banyak, berharap mereka terinspirasi dan berpikir lebih panjang mengenai hidup yang dia jalani. 

Dulu, saya pernah merasa dikecewakan karena salah seorang teman saya membeberkan tentang status saya kepada teman-teman saya yang lain. Dulu saya merasa malu, sebab ini adalah aib bagi saya. Orang tua saya tidak mau membicarakan hal ini karena takut hal yang buruk terjadi kepada saya.
Saat ini, saya merasa berterimakasih kepada teman saya itu, karena dia, saya bisa lebih terbuka terhadap diri saya sendiri, menerima diri saya sendiri, bahkan saya tidak lagi merasa malu karena saya pada akhirnya sadar, betapa berharga hidup yang saat ini saya miliki. Betapa besar cinta kasih Tuhan yang Dia berikan kepada saya. Melalui segala goresan tinta kehidupan yang Dia goreskan diatas kertas putih kehidupan saya, memberikan saya kesempatan hidup yang lebih berharga ini, saya sangat berterimakasih kepada kedua orang tua saya. Hal ini bukanlah aib untuk saya, tetapi pelajaran untuk saya mungkin untuk beberapa orang diluar sana yang sempat menginjakan kaki ditulisan saya ini, bahwa seburuk apapun hidup yang kamu hadapi saat ini, percayalah dibalik semua itu, Tuhan selalu menyiapkan rencana indah untuk kita semua. Jangan pernah sia-siakan kehidupan kita, dan buat kalian yang bernasib sama dengan saya, go ahead, bow to your parents, love them and tell them that you really thankful for what you've got from them. 

Satu pemikiran saya lainnya, seberapa besar kamu mencoba untuk membalas kasih dan cinta yang telah kedua orang tuamu berikan, maka itu semua tidaklah cukup. Tidak ada yang sepantas dan seimbang dengan apa yang kedua orang tua kita berikan untuk kita. Yang hanya dapat kita lakukan adalah selalu berdoa untuk mereka, agar mereka selalu mendapatkan kebahagiaan dalam hidup mereka, dan sebisa kita, selalu membahagiakan mereka. Because, we don't have anything else to say.

And i would like to say thanks to my dearest teacher, Alm. Diana Leroy, who taught me about how to love and accept my life and always how to be myself and inspire people around me.


"Ketahuilah nak, semua orang punya masalah, tetapi hanya mereka yang dapat bersyukurlah yang dapat menghadapinya."
-Diana Leroy, 2010.

P.s demi privacy, maka foto harus saya beri sensor, karena mereka adalah sinar bagi kehidupan saya yang gelap, jadi sensornya pakai matahari aja ya☺️

0 comments:

Post a Comment